Minggu, 07 November 2010

Sebuah Cerita Dari Arina Part 1

        Arina sedang menyisip secangkir kopi hangat di meja makan sambil menikmati pagi yang dingin dan sunyi menyengat dirumahnya. Saat itu Arina sedang sendirian di rumah, karena kedua orang tuanya sedang pergi ke Perancis untuk satu bulan kedepan. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh kurang seperempat ketika Arina menghabiskan kopinya. Setelah mengelap sisa kopi yang ada diatas bibirnya dengan sebuah kertas tisu kecil teramat halus yang berwarna merah tua, Arina beranjak dari kursi dan menyambar tasnya yang tergeletak diatas meja disamping cangkir kopi, lalu pergi untuk kuliah.

        Pada pagi itu jalanan sepi. Arina memilih untuk berjalan kaki pagi itu, mengingat kampusnya hanya berjarak dua blok dari komplek rumahnya dan pagi itu cerah tetapi tak bermatahari. Seperti biasa, kalau hendak ke kampus, Arina selalu melewati blok ‘elite’. Disana merupakan hunian para pejabat, priyayi, dan orang-orang terpandang di kota tempat Arina tinggal. Dulu, ketika Arina masih kecil, dia sering bersepeda melewati blok ini. Saat dia sedang bersepeda melewati rumah yang sangat mewah yang terletak di hook blok ‘elite’ itu, dari jendelanya, Arina kecil bisa melihat ada seorang anak laki-laki seusianya yang tampan tapi berwajah pucat dan berkursi roda sedang bermain piano didalam rumah mewah itu yang suaranya terdengar hingga ke jalanan. Arina sering mengagumi anak itu jika dia tak sengaja lewat dan melihatnya sedang bermain piano. Tapi, jika anak itu menyadari kehadiran Arina, dia selalu menghentikan permainannya dan berbalik membelakangi Arina kecil sambil bergerak menjauhi jendela.

        Seketika itu juga, saat Arina melewati rumah itu lagi, di jendela tempat dulu Arina biasa melihat si pemain piano dari dalam rumah, Arina bisa melihat seorang pemuda tampan tetapi kurus dan berwajah pucat, duduk di kursi roda yang menghadap ke jalanan sehingga Arina bisa melihatnya dengan jelas. Arina menghentikan langkahnya untuk mengamati si pemuda dengan lebih jelas. Arina sekarang melihat bahwa pemuda pucat itu adalah si pianis kecil yang dulu sering dia amati jika dia tak sengaja lewat rumahnya saat bersepeda. Tapi Arina melihat kesedihan dari seluruh gurat wajahnya. Arina dan keluarganya mengenal baik seluruh penghuni blok ‘elite’ meski Arina dan keluarganya bukan penghuni blok tersebut. Tetapi Arina tak pernah mengenal keluarga yang mendiami rumah yang sekarang sedang Arina amati. Arina juga mengenal dengan baik para remaja penghuni blok ‘elite’, tapi tidak demikian dengan remaja atau pun anak dari rumah yang sedang dia amati ini. Saat menatap si pemuda, entah dari mana datangnya, mendadak saja dada Arina sesak oleh perasaan yang biasanya tak dirasakannya- dia merasa kasihan pada pemuda itu. Tak sanggup memandangnya lama lagi, Arina kembali meneruskam langkahnya menuju kampus yang sempat terhenti.

        “ Rin, kamu kok ngelamun aja dari tadi? Ada apa? “ tanya Erin, sahabat baik Arina.
        “ Apa? Enggak, enggak kenapa-kenapa kok, Er. Emangnya ada apa? “ tanya balik Arina pada Erin.
        “ Lah? Kok kamu malah balik nanya sama aku sih? Harusnya aku yang nanya kayak gitu sama kamu. Ah, aku yakin, pasti lagi ada yang ngusik hati kamu ya sekarang. Soalnya gak biasanya gini kamu jadi doyan ngelamun n asyik sendiri. “ terka Erin jitu.
        “ Kamu tau aja Er. Gini, di komplek ‘elite’ yang deket rumah aku tuh, ada rumah yang penghuninya seumuran sama kita, anak cowok. Terus, waktu kecil dulu, aku sering liat dia lagi main piano didalem rumah. Tapi, kalo dia tau aku lagi ngeliatin dia, dia selalu ngehindar dari aku. Nah, barusan aku ngeliat dia lagi main piano lagi tadi pas mau ke-sini. “ jelas Arina panjang-lebar.
        “ Terus, ada yang salah sama dia? “ tanya Erin serius.
        “ Yah, aku kasian ngeliat anak itu. Ganteng sih, tapi dia tuh duduk di kursi roda, mukanya pucat, sama kayak yang menderita banget gitu hidupnya tuh. Dada aku juga sesek waktu ngeliat anak itu tadi. “ kata Arina iba.
        “ Hmm, kayaknya kamu jatuh cinta deh sama anak itu. “ senyum Erin jail.
        “ What??????? Gak mungkin, Er! Kenal sama orangnya aja enggak. Gimana mau jatuh cinta coba? “ sergah Arina kesal.
        “ Ya gak apa-apa juga, ‘kali. Kamu ini normal, kan? Kalo kamu emang normal dan masih suka sama laki-laki ya gak apa-apa. “ bahak Erin puas. “ Ngomong-ngomong, kamu pernah kenalan gak sama dia atau keluarganya sebelumnya? “ tanya Erin kembali serius.
        “ Belum sih. Semenjak aku sama keluargaku pindah ke rumah yang sekarang, aku belum pernah kenalan sama keluarga si pianis itu. “ kata Arina.
        “ Belum? Oh ya, aku ada ide nih. Gimana kalo kamu yang ngajak kenalan si pia-nis itu duluan? Kan, kalian ini tetangga, ingat? “ usul Erin setelah cukup lama hening.
        “ Iya sih. Tapi, aku malu banget kalo sendiri. Mana ya, kalo kamu gak tau, rumahnya tuh gede banget dan banyak penjaganya lagi. Serem ah kalo sendiri amat tuh. “ jelas Arina sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
        “ Ya udah, kalo kamu gak berani gak apa-apa. Aku cuma ngasih usul aja, kok. “ kata Erin sambil membetulkan posisi duduknya karena dosen sudah memasuki ruangan kelas.

                                                 * * *
        “ Er, aku duluan, ya. Sori banget gak bisa nemenin kamu lebih lama lagi, abisnya rumah aku kosong banget, gak ada orang. “ pamit Arina pada Erin yang baru selesai bercakap-cakap dengan temannya yang lain.
        “ Oh ya, besok lagi ya, San- eh apa, Rin? Maaf aku gak denger. “ kata Erin menyahut pada Arina.
        “ Yah, kamu ini. Aku duluan ya, rumah kosong banget soalnya, gak ada orang satu pun hari ini kecuali aku. Bye. “ pamit Arina sambil bangkit dari kursi taman kampus dan menyandangkan tasnya ke kedua bahunya.
        “ Oke, oke. Bye bye Arina! “ balas Erin sambil melambai pada Arina, yang hanya tersenyum geli pada Erin.
        Dijalan, pikiran Arina dipenuhi oleh perkataan Erin tadi pagi, mengenai kunjungan ke rumah si pianis. Karena, meski dia telah mengenal baik semua penghuni komplek ‘elite’, dia sama sekali tidak mengenal keluarga si pianis.
        Sesaat, dia tergoda untuk mengunjungi si pianis, tapi kemudian dia menggelengkan kepalanya untuk membersihkan pikirannya dari hal itu. Tapi, semakin dia berusaha untuk tidak memikirkannya, semakin besar pula rasa penasarannya untuk mengunjungi si pianis.
        Tanpa dia sadari, ternyata sekarang dia berdiri tepat di tempat dimana dia suka mengamati si pianis dulu- tempat dimana dia juga mengamati si pianis tadi pagi. Dan seketika itu juga dia melihat kembali si pianis. Tapi, kali ini dia tidak sedang memainkan pianonya. Saat ini dia sedang duduk di kursi rodanya menghadap ke jendela ke luar rumah dan menatap kosong jalanan. Arina terpaku ditempatnya- mengamati si pianis. Sesaat kemudian, si pianis menyadari kehadiran dan tatapan Arina. Saat si pianis melempar pandang pada Arina, Arina tersenyum padanya- tanda keramahan. Tapi si pianis tidak membalas senyum Arina dan malah memberi pandangan sedih pada Arina, kemudian berbalik memunggungi jendela dan berjalan pergi menggunakan kursi rodanya.
         Arina hanya bisa terpaku ditempatnya. Baginya, ini sungguh aneh. Dia tidak merasa kesal, marah, kecewa, atau pun tak dianggap ketika si pianis tidak membalas senyumannya. Tapi, dia malah merasa heran dan semakin iba pada si pianis. Sekarang, dia menyadari kalau saran Erin ada benarnya- bahwa dia harus mengunjungi rumah si pianis. Segera saja Arina meneruskan langkahnya menuju kerumahnya.
         Ketika sampai rumah, dia langsung memburu kamarnya untuk berganti pakaian, mencuci muka, dan berdandan sedikit. Lalu, setelah semuanya selesai, dia pergi lagi, kali ini tujuannya adalah toko kue yang tak jauh dari rumahnya.
        “ Halo Arina. Ada yang bisa saya Bantu hari ini? “ tanya Marilyn, pramuniaga toko kue yang sudah kenal dekat dengan Arina dan keluarganya.
        “ Halo, Mary. Hari ini aku mau ngunjungin salah satu sodaraku dan aku mau beli sesuatu buat buah tangan. Kira-kira yang pas apa ya kalo kata kamu? “ tanya Arina sambil melihat-lihat kue-kue yang terpajang di display.
        “ Aaah, kayaknya kue ini pas deh. Ini tuh menu terbaru disini. Dan karena masih promosi, harganya jadi dipotong 50% deh. “ kata Marilyn sambil memperlihatkan sebuah kue bolu yang diambilnya dari display yang ada didepannya.   
        “ Kue apa ini? “ tanya Arina sambil menatap kue coklat gelap bertabur white chocolate dan dark chocolate yang tampak manis yang ada didepan matanya.
        “ La Gothique Château. Ini masih baru banget di toko ini. Kalo kamu suka, harganya cuma dua puluh ribu rupiah aja. “ promosi Marilyn.
        “ Whoa, namanya keren banget! Oke, aku ambil kue ini ya. “ senyum Arina pada Marilyn. “ Oke, aku ambil kue ini ya. Semuanya dua puluh ribu sesuai sama harga yang kamu sebutkan tadi, kan? “ canda Arina pada Marilyn.
        “ Oh ya, tentu saja. Harga ini berlaku untuk satu bulan kedepan ya. Rin. “ tawa Marilyn pada Arina sambil menyerahkan kue yang sudah dimasukkan kedalam kotak kue.
        “ Oke, oke. Selamat sore ya, Mary. “ pamit Arina sambil tersenyum dan berbalik meninggalkan depan meja etalase.
        “ Ya, terima kasih banyak Arina. “ balas Marilyn ceria.
        Sambil berjalan meninggalkan toko kue, Arina sibuk berpikir. Apakah nanti dia akan diterima sebagai tamu di rumah si pianis? Atau dia akan diusir begitu saja seperti para peminta sumbangan yang biasanya berkeliling dari pintu ke pintu seperti yang pernah Arina lihat? Tanpa disadarinya, dia sudah berada tepat didepan gerbang berukir rumit yang tak pernah disadari oleh Arina sebelumnya. Arina melihat-lihat kesekeliling, mencari tombol bel atau sejenisnya. Tapi, tidak ada. Baru saja Arina hendak mengetuk tiang-tiang besi pada pagar yang bertindak sebagai tulang pagar, terdengar serangkaian suara metalik tepat didepan muka Arina, yang hanya terhalang oleh pagar tinggi itu.
        Arina mundur seketika itu juga dan setengah terlonjak karena kaget melihat dua orang penjaga yang tinggi, besar, berotot, dan berpakaian serba hitam sedang berdiri dengan jarak hanya sepuluh senti dari tempat Arina berdiri sekarang.
        “ Maaf, Anda mau bertemu siapa, ya? “ tanya penjaga yang berdiri didepan-kiri Arina.
        “ Saya mau berkunjung pada keluarga ini. Apa sekarang mereka sedang ada di rumah? “ tanya Arina sopan sambil sedikit tersenyum berusaha mengambil hati.
        “ Oh ya, mereka sedang berada di rumah sekarang. Tapi, siapa Anda ini? “ tanya penjaga yang tadi menanyai Arina.
        “ Oh ya, saya Arina dan saya tinggal didekat sini juga. Saya hanya ingin mengunjungi rumah ini. “ jelas Arina mulai gelisah, takut kehadirannya tak diinginkan.
        “ Baiklah. Saya akan berbicara dulu dengan tuan rumah sekarang. Apa Anda mau menunggu untuk beberapa saat? “ tanya penjaga itu lagi.
        “ Baiklah, tidak apa-apa. Terima kasih, Pak. “ senyum Arina penuh terima kasih, menangkap sebuah pertanda baik.
        Kedua penjaga itu kemudian berbalik meninggalkan Arina sendirian didepan gerbang rumah. Sambil menunggu, Arina melangkah sedikit lebih dalam lagi untuk melihat ada apa saja di rumah itu. Baru saja Arina menghentikan langkahnya, Arina melihat dari kejauhan, kedua penjaga itu baru keluar dari dalam rumah yang besar dan berjalan menuju ketempat Arina berdiri sekarang.
        “ Tuan dan Nyonya Andrean dengan senang hati menerima Anda sekarang. Silakan masuk. “senyum si penjaga yang tadi menanyai Arina.
        “ Ya, terima kasih banyak, Pak. “ senyum Arina pada dua penjaga itu dan berjalan melenggang memasuki halaman rumah yang besar dan luas serta sangat hijau. Ketika Arina tiba didepan pintu depan yang besar, tinggi, berpelitur, dan berukir rumit, Arina menarik napas dalam-dalam dan mengetuk pintu besar itu. Tiga detik kemudian, pintu terbuka dan muncul seorang wanita tua yang rambutnya beruban semua dan memakai pakaian yang sangat sederhana.
        “ Anda pasti tamu Tuan dan Nyonya Andrean. Mari, mari masuk Nona. “ sambut si wanita tua ramah dengan suara yang agak sedikit bergetar dikarenakan usia tua.
        “ Baik, terima kasih banyak. “ senyum Arina sambil berjalan mengikuti wanita tua itu dibelakangnya.
        Begitu Arina melangkah dari ambang pintu dan sepenuhnya berada didalam rumah, Arina langsung terkesiap melihat sekelilingnya dan hampir tidak memercayai matanya. Meski itu baru ruang tamu- menurut dugaan Arina, tapi segalanya tampak mewah dan mahal. Sofa empuk yang berwarna mahogani, dinding bercat kuning-krem yang tampak megah, jendela tinggi bertirai warna mahogani juga, lemari pajangan berdaun pintu kaca yang meperlihatkan berbagai benda pajangan seperti boneka-boneka Jepang dan Eropa, patung kaca dari Venesia, dan berbagai piring hias bergambarkan menara Eiffel, Big Ben, Patung Liberty, dan Merlion. Oleh si wanita tua, Arina dibawa menuju sebuah taman belakang yang tampah sangat indah dan asri dengan rumpur halus yang hijau menyegarkan, pohon-pohon berbunga putih yang tampak cantik, sebuah gazebo untuk tuan rumah, dan segala macam tanaman yang menurut Arina tampak seperti “ Tanaman Utopia“.
        “  Nona muda, silakan menunggu di gazebo ini. Tuan dan Nyonya akan segera turun untuk menemui Anda. “ kata si wanita tua lagi.
        “ Ya, baik. Terima kasih. “ senyum Arina lagi sambil meletakkan kue yang sejak tadi dibawanya. Setelah si wanita tuu pergi, Arina duduk perlahan-lahan untuk menikmati nikmatnya duduk karena sudah merasa pegal dan ingin duduk sedari tadi. Lima, sepuluh menit, akhirnya si wanita tua muncul sambil diikuti oleh seorang wanita yang tampak anggun sekali dan berparas cantik seperti seorang keturunan Eropa bergaun santai warna lavender yang lembut dan seorang pria yang tampak gagah dengan postur tubuh tinggi besar, tampan untuk pria seusianya, dan tampak sangat berwibawa dalam balutan pakaian kaus Polo warna putih dan celana panjang santai warna khaki.
        Arina berdiri untuk menyambut mereka bertiga. Ternyata kedua tuan rumah hendak menghampiri tempat Arina berada. Setelah memberi isyarat pada si wanita tua agar pergi, kedua tuan rumah tersenyum hangat pada Arina, pertanda baik.
        “ Halo Nona muda, apa kita boleh tau nama kamu siapa? “ tanya si wanita anggun itu sambil tersenyum menyenangkan.
        “ Selamat sore, Tante. Nama saya Arina dan saya tinggal tak jauh dari sini. “ senyum Arina santai sambil menyalami si wanita anggun dan si pria gagah. “ Saya sendiri boleh tau nama Tante dan Om? “ tanya balik Arina sopan.
        “ Oh ya, nama Tante Maya. Ini suami Tante, Om Edward. “ kata Tante Maya ramah pada Arina. “ Oh ya, Arina bawa apa itu? “ tanya Tante Maya sambil menunjuk pada kotak kue yang terletak di gazebo rumah.
        “ Ini, Tante, saya bawa sedikit hadiah buat Tante dan Om. Sebentar, saya ambil dulu kalo gitu. “ kata Arina sambil berbalik perlahan dan berjalan menuju gazebo, lalu mengambilnya dan berjalan menghampiri kedua tuan rumah lagi.
        “ Wah, Arina lain kali jangan repot-repot, Nak. Tapi, kalo Tante boleh tau, ini apa ya? “ tanya Tante Maya penasaran.
        “ Itu La Gothique Château, Tante. Mudah-mudahan Tante dan Om suka. “ kata Arina agak kecil.
        “ Aduh, terima kasih banyaka Arina, Tante dan Om senang sekali kamu membawakan ini. Bi, Bi Anih! “ seru Tante Maya, lalu tak lama muncullah si wanita tua yang bernama Bi Anih dari dalam rumah menuju taman. “ Bi Anih, tolong bawa ini kedalam dan sajikan segera untuk empat orang. Setelah itu ajak Nicho turun untuk menemui Arina ini, ya. “ Kata Tante Maya pada Bi Anih, yang patuh pada perintah Tante Maya.
        “ Ayo, Rin, kita duduk di gazebo sambil menunggu Nicho turun. “ ajak Tante Maya sambil berjalan mendahului Arina dan Om Edward menuju gazebo.
        “ Kamu pasti bertanya-tanya, kenapa Tante dan Om jarang terlihat bergaul di sekitar blok? “ tanya Om Edward jitu pada Arina yang tertegun, kaget mendengar ucapan Om Edward yang tahu maksud kedatangannya.
        “ Iya, Om. Kalo saya boleh tau, kenapa, ya? ” tanya Arina hati-hati, takut tidak sopan.
        “ Karena kami berdua sibuk bekerja dan waktu luang kami, kami habiskan hanya untuk Nicho seorang.“ jelas Om Edward lagi.
        “ Oh gitu ya. Ngomong-ngomong, Nicho itu putra Om dan Tante ya? “ tanya Arina paham.
        “ Iya, dia putra kami satu-satunya. Dia seumuran kamu kebetulan. Nah, itu Nicho datang. “ kata Tante Maya, ada nada menyambut dalam suaranya saat dia melihat Bi Anihkembali menuju taman itu sambil mendorong si pianis tampan tapi pucat di kursi rodanya. Arina mengikuti tuan rumah yang berdiri menyambut si pianis. Ketika si pianis semakin mendekat, Tante Maya bergerak mendekati si pianis, diikuti oleh Om Edward dan Arina.
        “ Nicho, sekarang kita kedatengan tamu nih. Kebeneran dia tetangga kita juga. Ayo, kenalan sama Arina. “ kata Tante Maya yang berdiri disisi kanan kursi roda Nicho. Saat Arina mengamati Nicho dengan jarak sedekat ini untuk pertama kalinya, dia merasakan seperti ada sesuatu yang bergejolak dalam dadanya yang rasanya tak pernah dirasakannya sebelumnya dan mendadak saja, semuanya terasa beku, dingin, dan tak ramah. Nicho terlihat tampan meskipun tampak pucat, sedih, kurus, dan tak sehat. Tapi, saat matanya bertemu mata Arina dan saling pandang untuk beberapa saat, Arina melihat dengan mata kepalanya sendiri, air muka Nicho berubah menjadi ceria, bergairah, dan seakan menemukan semangat hidup baru tapi sedetik kemudian kembali murung dan dingin.
        “ Halo, aku Arina. Nama kamu siapa? “ tanya Arina memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangan kanannya. 
        “ Nicho. “ kata Nicho singkat, agak dingin, dan berat meski menerima tangan Arina dan menjabat tangannya. Tangan Nicho terasa sangat dingin, dalam artian yang sebenarnya. Tapi, pada saat Arina hendak melepasnya dengan sangat perlahan dan berusaha agar tak terasa oleh Nicho, Nicho tak mau melepaskannya. Tapi, akhirnya Nicho melepaskan tangannya dari tangan Arina.
        “ Oh ya, gimana kalo kita duduk-duduk di kursi taman yang ada disana? “ tanya Om Edward sambil menunjuk satu set kursi dan meja taman yang keberadaannya tak terlihat oleh Arina.
        “ Ayo, Arina. Kita kesana. “ ajak Tante Maya sambil mendorong kursi roda Nicho dan mulai bergerak mendahului Arina. Arina mengikuti disamping Nicho dan Tante Maya. Akhirnya mereka sampai di meja dan kursi taman yang dimaksud. Setelah mendorong kursi roda Nicho hingga Nicho bersebelahan dengan Arina, Tante Maya duduk di kursi taman yang ada disebelah Om Edward. Karena meja itu berbentuk bundar, jadi satu sama lainnya dapat saling pandang. Arina menangkap dari sudut matanya, Nicho sesekali mencuri pandang padanya.
        “ Oh ya, sekarang Arina masih sekolah atau sudah kuliah? “ tanya Om Edward membuka perbincangan.
        “ Saya sekarang kuliah Semester Dua, Om. “ kata Arina sambil tersenyum.
        “ Kuliah? Dimana? Jurusan apa, Arina? “ tanya Tante Maya tampak tertarik.
        “ Di San Angelo Unversity, Tante. Jurusan Psikologi. Nicho, kalo kamu sekarang kuliah atau enggak? “ jawab Arina lagi. Kali ini dia yang penasaran.
        “ Nicho sekarang gak kuliah. Kita berdua sedikit khawatir dengan kesehatannya kalo Nicho maksain kuliah. “ jawab Tante Maya.
        “ Oh enggak, ya. Maaf, Tante, Nicho, tapi, kalo saya boleh tau, kenapa Nicho gak kuliah? Terus, ada apa sana kondisi kesehatannya Nicho.
        “ Nicho ini jantungnya lemah sejak umur dua bulan. Terus ada gangguan lambung kronis, jadi dia sama sekali gak boleh kecapekan. Sedangkan, kamu sendiri kalo kuliah kan pasti capek banget, ya? “ kata Tante Maya meminta pendapat Arina.
        “ Oh ya, maaf ya, Nicho. “ kata Arina sambil memandang Nicho dengan perasaan yang amat menyesal.

                                               To be continued . . .

Rabu, 27 Oktober 2010

Sabtu, 23 Oktober 2010

Doppler`s Effect

Hari ini aku akan nyoba ngejelasin mengenai efek Doppler. Maaf ya atas segala kekurangannya. Secara, ini tuh sebenernya tuntutan dari guru aku untuk menambahkan media pembelajaran sekolah. Tapi, karena untungnya aku seneng Fisika, jadi lumayan niat lah buat nyarinya hehehehe :)



Jika kamu berhenti di depan palang perlintasan kereta api sementara sebuah kereta api melintas sambil membunyikan peluitnya, kenapa frekuensi suitan berubah?






Efek Doppler, dinamakan mengikuti tokoh fisika, Christian Andreas Doppler, adalah perubahanfrekuensi atau panjang gelombang dari sebuah sumber gelombang yang diterima oleh pengamat, jika sumber suara/gelombang tersebut bergerak relatif terhadap pengamat/pendengar. Untuk gelombang yang umum dijumpai, seperti gelombang suara yang menjalar dalam medium udara, perhitungan dari perubahan frekuensi ini, memerlukan kecepatan pengamat dan kecepatan sumber relatif terhadap medium di mana gelombang itu disalurkan.
Gerakan sumber suara relatif pada pendengarnya (anda atau detektor suara lainnya) mengubah frekuensi suara, ini adalah efek yang disebut ingsutan Doppler. Alasan utama ingsutan ini adalah karena suara merupakan gelombang. Bila sumbernya diam relatif terhadap anda, fase tekanan tinggi gelombang menyapu telinga anda dengan tingkat (frekuensi) yang sama seperti yang dihasilkan sumber. Karenanya, anda mendengarkan frekuensi yang sama seperti yang dihasilkan sumber, dan tidak ada ingsutan.
Bila sumbernya bergerak mendekati anda, ia mengejar gelombang yang ia pancarkan sendiri ke arah kamu. Tingkat fase tekanan tinggi yang melewati anda kini lebih besar daripada yang dihasilkan sumber tersebut, dan karenanya kamu mendengar frekuensi yang lebih tinggi. Bila sumbernya menjauh, efeknya terbalik: kamu mendengar frekuensi yang lebih rendah daripada apa yang dihasilkan. Karenanya, mendekati kamu berarti frekuensi beringsut naik, menjauhi kamu berarti frekuensi bergeser turun. Besarnya geseran ini tergantung laju sumber. Bila gerakan sumber menyamping dengan posisimu, efek (jumlah ingsutan) lebih kecil, dan jika gerakannya tegak lurus arah mu, tidak ada ingsutan.

Jika kamu meletakkan detektor suara tengah rel kereta, kamu dapat mengukur ingsutan doppler dari peluit kereta api. Peluit ini akan memiliki frekuensi yang menaik pada seluruh gerakannya menuju detektor (hingga peluit hampir di depan) dan kemudian frekuensinya akan menurun saat ia menjauhi detektor.
Jika kamu meletakkan detektor di tempat yang aman di samping rel, katakan 20 meter lebih jauh, pengukuran akan berbeda karena geometrinya. Saat kereta api mendekati detektor, kecepatannya menuju detektor berkurang dan jumlah ingsutan Doppler berkurang.





Karenanya, untuk kereta api yang mendekat, peluit memiliki frekuensi tinggi tertentu yang diukur oleh detektor yang diletakkan di rel kereta api. Namun, saat kereta api semakin dekat, anda tentu tidak mau dilindas kereta api, maka anda menjauh. Akibatnya terjadi posisi yang menyamping, dan frekuensi turun hingga, saat kereta api berada tegak lurus detektor (anda), frekuensinya menjadi tetap. Frekuensi lalu turun kembali hingga ia mencapai sebuah frekuensi rendah yang terus demikian hingga peluit tidak terdengar lagi.
Anggaplah kamu ini detektornya dan kamu cukup dekat ke lintasan sehingga efek geometri dapat diabaikan. Anda harusnya mendengarkan frekuensi tinggi tertentu saat kereta api bergerak ke arah anda dan frekuensi rendah tertentu saat kereta api menjauhi anda. Namun kenyataannya tidak. Anda akan mendengar peningkatan frekuensi terus menerus saat ia mendekat dan penurunan terus menerus saat ia menjauhi anda. Frekuensi persepsi demikian disebut pitch. Dalam situasi ini, pitch yang dibawa ke pikiran dipengaruhi oleh seberapa nyaring suara tersebut. Karena peluit terus menjadi makin nyaring saat ia mendekati anda, anda dibohongi karena menduga kalau frekuensinya terus meningkat. Dan karena peluit terus berkurang volumenya saat menjauh, pikiran anda membohongi anda sehingga anda menduga kalau frekuensinya terus menurun. Efek mengubah pitch ini disebut ilusi efek Doppler.
¬ Referensi
Walker, J. Flying Circus of Physics. Wiley, 2007
                id.wikipedia.org/wiki/Efek_Doppler


karena masih belom lengkap, jadi tunggu buat animasi, video, dan artikel pdf-nya yaaaaa

Selasa, 05 Oktober 2010

Love Story Which Can not Found in This World Except This One

Ini adalah salah satu kisah cinta yang gak akan pernah ditemukan dimanapun kecuali disini hehe. Romantisnya bahkan ngalahin film Titanic n The Notebook deh J

Ini cerita adik sepupu aku sama pacarnya, langsung aja yaaa

Semua ini bermula waktu sepupu aku yang satu ini mau masuk SMA. Waktu itu, dia udah niat mau ngikutin aku masuk ke SMA 4, tapi, begitu pengumuman NEM kelulusan SMP, NEM nya dia tuh, yah, bisa dibilang kurang lah. Perlu kalian tau, waktu Penerimaan Siswa Baru tingkat SMA/SMK Tahun Ajaran 2009/2010 tuh kacau banget deh. Masa, NEM nya tuh pada diatas tiga enam semua! Waktu PSB angkatan aku, NEM tiga puluh lima tuh masih bisa masuk SMA favorit, tapi, pas PSB angkatan sodara aku, NEM tiga puluh lima tuh udah masuk SMA yang gak favorit gitu. Tau NEM nya gak cukup buat masuk ke SMA Negeri manapun kecuali SMA Negeri yang jelek banget, sodara aku langsung stres n nangis deh sampe dia sakit. Meski dia lagi sakit, dia maksain buat nyari sekolah swasta yang mungkin dia suka. Mendaftarlah dia ke satu sekolah swasta berbasis Islam. Tapi, dia kemudian ngundurin diri soalnya dia gak yakin. Akhirnya, setelah ada referensi n rujukan dari Om aku, dia masuk deh ke SMA Sumatera 40 yang di jalan Pahlawan itu. 


Karena dia telat daftar waktu itu dan ditambah lagi sakit, sodara aku akhirnya gak ikutan MOS dari hari pertama. Dia baru ikut MOS pas hari terakhir, itu pun maksain diri karena masih sakit. Aku inget, dulu dia pernah masang status di FB kalo dia tuh pengen pindah sekolah. Duh kaciaaannn L

Sebulan, dua bulan, tiga bulan, dan empat bulan kemudian dia kayaknya udah nemuin semangat idupnya yang sempet padam. Malah, kalo aku perhatiin, waktu itu tuh kayak ada sesuatu yang beda. Ada apa, ya? Eh, usut punya usut, dia ternyata lagi jatuh cintrong alias jatuh cinta! Wah, sama siapa nih? Ternyata, dia jatuh cinta sama Kakak Kelas yang umurnya dua taun lebih tua dari dia. Nah, sekarang mulai nih ke bagian yang ramenya hehe.

Sodara aku pertama kali ketemu sama si Kakak Kelas yang ganteng ini tuh pas lagi lewat didepan dia secara gak sengaja. Pertamanya dia serem liat si cowok nya ini, tapi lama-kelamaan jadi ganteng juga nya hehehe. Ngeceng ini kemudian berlanjut pas sodara aku lagi LKS atau Latihan Kepemimpinan Siswa. Di sekolahnya yang baru ini, ada tradisi kalo setiap siswa kelas sepuluh yang baru masuk tuh harus ikut LKS ini. LKS nya sendiri diselenggarain di Vila yang khusus punya yayasan sekolahnya sodara aku di Citespong, Cihideung, Kabupaten Bandung Barat. Nah, selama ikutan LKS itu, anak-anak kelas sepuluh yang baru itu diajarin segala macem sama anak-anak yang lebih senior (OSIS maksudnya mah). Nah, pas sodara aku lagi ikutan LKS, ternyata si cowok senior yang dia taksir tuh Wakil Ketua OSIS! Otomatis, dia sering liat si malaikat ini wara-wiri didepan dia dong hahaha.

Nah, ditambah lagi, katanya si senior init uh kalo sodara aku lagi ada dideketnya, pasti aja ngeliatin (#np wajahmu mengalihkan duniaku-afgan). Nah, suatu kali, sodara aku mau dikerjain. Dia katanya mau diceburin gitu ke balong. Otomatis dia gak mau dong, dan nagis lah dia. Mana katanya dia tuh emang udah gak karuan gitu perasaannya karena kondisi vila yang dingin, sedih, belom lagi katanya dia ngerasa kayak ada yang nguntit terus kalo kemana-mana. Terus, pas dia lagi nangis, katanya sih si senior tuh jadi ikut tersentuh (ceileee) gitu hatinya.

Tapi, sayangnya sodara aku tuh gak bisa ikutan acara LKS seminggu full, soalnya dia ikut ibunya ke Surabaya buat nemenin ibunya tugas disana buat tiga hari. Nah, ada yang rame nih. Katanya, pas dia lagi pamitan sama semua orang, termasuk anak-anak OSIS yang senior, dia malu banget, apalagi pas dia lagi pamitan sama si senior ganteng itu (prikitiew). Pas dia lagi salam sama si senior, kata si seniornya tuh ‘ Kalo kangen, SMS aja ya. ‘. Wah, blushing tuh pasti mukanya sodara aku itu.

Pulang dari Surabaya deh. Nah, dia di sekolah punya guru kesayangan, namanya Pak Rena. Waktu pulang dari Surabaya, dia bawa oleh-oleh buat bapak keduanya ini. Pas katanya dia tuh mau ngasihin oleh-olehnya, dia sempet diinterogasi dulu sama Pak Rena tentang si senior. Sodara aku cuma bisa bilang dia bener ngeceng dia, tapi gak berharap bisa jadian. Nah, suatu hari dia masang status di FB yang isinya kalo dia suka ma si senior. Nah, beberapa waktu sebelumnya ada orang Inggris (ngakunya) yang ngeadd dia, terus kayak yang suka n cinta ma sepupu aku. Eh, dasar GR, waktu si orang Inggris ngeliat sepupu aku masang status gitu, dianya keGRan gitu. Ih, ternyata lama kelamaan tuh orang Inggris makin menjadi dengan cara neror sepupu aku lewat FB nya! Ya ngirim message, wall, etc. Galau nih sepupu aku. Nah, dia cerita sama guru kesayangannya (Pak Rena) kalo ada orang yang ngakunya orang Inggris yang neror dia di FB. Nah, tanpa sepengetahuan sepupu aku, bapak keduanya ini nyeritain orang Inggris ini ke si senior. Katanya, “ Cepetan kamu tembak si ‘Bu Haji’, sebelum disamber orang lain! “ (Bu Haji tuh sepupu aku).

Sebelumnya, jauh-jauh hari sebelum Pak Rena bilang gitu sama cowoknya sepupu aku, si senior sempet ngesms sodara aku. Event nya waktu itu tuh ada lomba futsal antar SMA, nah si senior ini kebeneran anak futsal. Eh, ternyata tim futsal yang terdiri dari si senior ini kalah. Terus dia ngesms sepupu aku kalo tim futsal sekolahnya belum menang. Dia dapet nomer HP sepupu aku dari bapak keduanya sepupu aku yang kebeneran emang deket sama semua murid. Sebelumnya lagi, sepupua aku sempet mau dikasih nomer HP si senior ma bapak keduanya, tapi dia nolak gitu hehehe. Pas dateng SMS dari si senior, sepupu aku heran, siapa yang ngesms ini? Waktu dia tanyain, eh ternyata itu dari si senior!!!!!!!

Nah, balik lagi ke orang Inggris, si senior mulai kelabakan. Dia galau, soalnya dia bingung harus ngomong apa ma sepupu aku pas nembak. Tadinya, sepupu aku mau ditembak pas di kantin. Tapi karena lagi banyak orang (yaiyalaahh, orang waktu dia mau ngomong gitu lagi jam istirahat), dia gak jadi nembak sepupu aku deh. Sorenya, dia baru nembak. Pertamanya, dia ngesms sodara aku, setelah basa-basi, akhirnya dia NEMBAK sepupu aku dehhh :-bd

Dibalik sebuah kisah cinta yang indah, pasti ada yang tersakiti. Nah, sebelum jadian ma sepupu aku si senior ini jadian ma seorang cewek yang (kayaknya) agak berbeda kelakuannya dari orang lain. Si senior mutusin ceweknya gara-gara dia sakit hati banget ma ceweknya (gimana kagak sakit, orang dilimain ma pacar sendiri). Dasar cewek kagak tau malu, dia yang salah dia yang ngejar-ngejar. Meski dia udah tau mantannya udah jadi milik sepupu aku, masiiihhh aja diuber-uber. Dan setelah si senior jadian ma sepupu aku, si bitch ini malah jadi neror sepupu aku gitu (a***ng maneh!). Suatu ketika, si bitch masang status di FB yang nyindir sepupu aku gitu. Ceritalah sepupu aku ma cowoknya sampe mau nangis! Terus, gue tenangin tuh dia, bilang ke dia kalo si mantan nih cuma jealous aja ma sepupu aku.

Dalam menjalani sebuah hubungan, gak mungkin gak akan tersandung batu sandungan. Sepupu aku ini punya sahabat dari SMP yang karib banget. Nah, waktu sepupuaku jadian ma cowoknya, tentu aja dia ngasih tau sahabatnya ini. Suatu kali, sahabatnya ini ngasih tau ke sepupu aku kalo dia nanya ma guru agamanya tentang hukum pacaran (sahabatnya sepupu aku kebeneran satu sekolah ma aku). Nah, si sahabatnya ini bilang dengan enaknya kalo pacaran tuh gak boleh. Waktu itu sepupu aku udah jadian enam bulan lah ma cowoknya ini. Sepupu aku gak terima dong sama alesan dia. Dia jadi galau ngedenger omongan karibnya ini. Karibnya ini juga bilang, selain dilarang ma agama, pacaran tuh sama aja kayak zinah. Shock sama omongan sahabatnya, sepupu aku sempet marah sama karibnya, tapi gak marah yang blak-blakan. Setiap dia ngesms sepupu aku, dibalesnya pendek-pendek dan gak nanya balik. Setiap nyapa lewat Y!M, cuma dibales sekedarnya. Terus sepupu aku cerita ma aku tentang masalah ini. Aku ngomong ke dia, karibnya itu terlalu aware sama apa yang udah dia dapet dari guru agamanya.

Kalo menurut gue, seandainya semua orang didunia ini pada gak pacaran dengan alesan takut zinah lah, takut dosa lah, apa lah, itu sama aja ngejerumusin dirinya sendiri. Aku juga bilang ke sepupu aku, kalo orang tua karibnya gak pacaran mah pasti dia juga gak akan lahir lah! Kalo semua orang didunia ini gak pacaran, bisa-bisa semua orang tuh jadi homo dan lesbi!! Setelah ngedenger omongan aku, untungnya sepupu aku bisa tenang. Dia bilang kalo dia sebenernya tau maksud karibnya ngomong gitu supaya dia putus ma cowoknya. Dia juga bilang kalo seandainya demikian, dia gak bakalan rela bangetkalo harus putus dari cowoknya. Yah, soalnya dari yang aku liat selama itu, dia lagi hot-hotnya sama cowoknya ini.

Ngerasa masih galau, dia nanya sama bapak keduanya di sekolah tentang pacaran ini. Bapak keduanya ini malah bilang dengan berapi-api kalo sebetulnya didalam Islam tuh pacaran dianjurkan, dengan maksud untuk berinteraksi antar sesama yang nantinya jika memungkinkan dilanjutkan ke jenjang pernikahan untuk meneruskan keturunan. Pacaran juga boleh, asalkan niatnya baik dan ukan buat yang macem-macem.

Setelah ngedenger omongan bapak keduanya, sepupu aku makin tenang. Dia bilang ke gue, dia gak akan nyeritain ini sama cowoknya, soalnya takut cowoknya salah persepsi. Bisa aja, kan, cowoknya malah nangkep kalo sepupu gue pengennya putus, padahal engga demikian? Pas sepupu aku cerita lagi sama aku, aku juga nambahin sebaiknya sepupu aku gak usah terlalu ngedengerin omongan karibnya itu. Terlebih lagi, kata sepupu aku, si karibnya ini orangnya introvert banget. Dia tuh. Istilahnya, mahiwal dari yang lainnya gitu. Soal karibnya yang konsultasi ma guru agamanya di sekolah, aku bilang kalo keberadaan aku ma dia  di sekolah tuh lebih lama aku, jadi aku lebih tau sisi tak terkatakan dari setiap ucapan para guru di sekolah.

Buat ngeabadian kisah cintanya, sepupu aku bikin notes yang terbagi kedalam delapan bagian di FB nya. Mulai dari kenalan, flirting-flirting, SMSan, n akhirnya jadian. Cerita sedudah jadian juga ada, mulai dari kencan pertama yang diwarnai ma India-Indiaan gara-gara keujanan di motor, berduaan di tukang tambal ban sambil nungguin ban motor cowoknya kelar di benerin, n masih banyak lagi sampe gue gak inget itu apa.

Yah, semoga dengan cerita ini kita semua bisa metik pelajaran berharga kalo dalam menjalani setiap hubungan pasti gak akan selamanya mulus kayak jalan tol. Ada kubangannya lah, ada tanjakannya lah, ada pudunannya lah, ada kerikilnya, dan ada lubangnya. Tapi, dengan komitmen yang kuat dan saling percaya satu dengan yang lainnya, suatu hubungan pasti bisa berlangsung lama sampai maut memisahkan, kayak Sophan Sophiaan-Widyawati n B.J. Habibie-Ainun Habibie J

Nah, ini ada foto eksklusif dari mereka berdua yang gue yakin pasti bakal bikin lo semua sirik J

 

Ki-Ka: Sepupu aku (Harlyna), Cowoknya (Widi)

Gimana? Seru, kan, ceritanya? Kalo kata aku sih cerita sepupu aku init uh rame banget! Tunggu cerita-cerita yang lainnya yaaaa . . .



Jumat, 01 Oktober 2010

Bloody Mary, Hantu yang Bisa Dipanggil (jangan pernah nyoba ini sendirian)


1)      Bloody Mary itu legenda Amerika, yaitu seorang wanita, Mary Whirnington yang dikabarkan meninggal di depan cermin. beberapa juga mengatakan kalau meninggal dibunuh dengan kejam oleh kekasihnya atau teman kencannya. beberapa menganggapnya seorang penyihir. Arwah Mary, terperangkap di dalam cermin sehingga ia tidak bisa keluar kecuali ada seseorang yang membuka jalannya dan karena terlalu lama terperangkap di dalam cermin, jiwanya menjadi marah, hampa dan bisa melakukan hal-hal yang di luar batas kemanusiaan.

2) Bloody Mary atau Mary Tudor, Queen of England, anak dari King Henry the 8th and Catherine of Aragon. waktu dia jadi Queen Mary of England. dia membunuh 100 pemimpin protestan, nah makanya dijulukin "Bloody Mary".

3) ada anak kecil namanya mary, dia ketabrak gan. terus kan koma tuh, pas dirumah sakit sama dokternya udah dibilang mati. padahal masi koma. trus di kubur gitu gan idup2. nah tiap malem tuh ada yang teriak dari kuburannya. cuma orang2 pada g percaya. ya akhirnya dia mati disitu gan dan gentayangan. tp ane masi bingung apa hubungannya sama di cermin
cara buat munculinya adalah berdiri di depan kaca dalam kegelapan (biasanya di kamar mandi) dan mengulangi namanya tiga kali. ato gak sambil nyalain lilin gan, kalo udah muncul langsung tiup lilinnya (udah kaya jaga celeng ya) nah ntar pergi tuh.

4) suatu hari, ada cewek nmanya mary tinggal di puri bersama sodara tiri cewe dan sama cowoknya (boyfriendnya). nah mary sama sodara tirinya tuh saling benci. trus si mary nyrui cincin kimpoinya, otomatis kan marah tuh sodara tirinya. nah sodara tirinya ngirim guards gitu gan buat nyari si mary. pas udah ketangkep sama sodara tirinya di bawa ke istana cowoknya si cewe tiri itu.. kan mereka lagi di tempat perapian gitu , si sodara tiri cewe itu ngambil cincin kimpoinya lagi, terus si marynya di dorong ke perapian. mati deh

ini deh caranya:
1) ke kamar mandi
2) matiin lampunya
3) nyalain air gan
4) "ngomong nama "bloody mary" 3 kali
5) trus tutup mata... liat deh ada gak di kaca kamar mandi agan? hehehe
6) kalo gagal sampe cara 5, coba muter2 (lingkaran) 3 kali, dan lihat apa yang terjadi

jangan asal coba dulu gan!!! baca ini dolo! ntar nyesel loh

1) ada cerita yang katanya si Bmary itu nanyain prtanyaan 3 kali, dan kalo agan2 salah jawab 1 dan 2 pertanyaan, katanya sih bisa terluka gitu. kalo udah 3 kali bakalan mati gan. -_-

2) kami mau coba manggil, tp karena takut akhirnya gak jadi. jadi aku dan 3 temanku ke kamar mandi matiin lilinnya. tp pas udah dimatiin di cermin lilinnya masi nyala.

3) ada temen ku namanya cassie sama susan. temen mereka yang namanya sharon nantangin buat manggil si mary itu loh heheh. nah pas mereka nyoba g kejadian apa2. akhirnya mereka pulang. trus si sharon pas lagi mau mandi kan ngisi bak air. pas balik ke kamar mandi lagi airnya air darah. waktu lagi tidur si sharon bangun amlem2 da ngeliat kaya ada yang jalan gitu di tangga sambil abwa pisau. pas besoknya mamanya sharon ngeliat si sharon mati ada luka di mukanya gitu dan ada pisau nancep di perutnya.

4) sekitar 2 minggu lalu, aku mendengar tentang Bmarry. pertama2 aku g percaya, nah aku tertarik buat nyoba ini. martjin dan joey nginep dirumahku. nah aku nantangin mreka untung manggil b-marry dan akhirnya kita ngelakuin itu. gak ada jawabannya dan gak ada apa2. tapi tiba2 pintu terkunci. jadi g bisa masuk ke kamar mandi. nah aku nyoba2 cara biar bisa buka tuh pintu, akhirnya pas udah kebuka g ada apa2. trus nyalain lampu. pas ngeliat di balik korden temen ku udah jatuh berlumuran darah . ada cakaran di mukanya yang sangat dalam

ini adalah kisah nyata tentang meri yang terjadi kepada saya...suatu malam waktu bonyok lagi pergi, kakakku nantangin aku untuk melakukan ritual meri dan mencoba bangkitin meri. aku gak percaya kalo itu adalah nyata..jadi saya lakukan aja, karena dipikir bisa menjadi bahan tertawaan nantinya.. aku ke kamar mandi, matiin lampu, berjalan melingkar 7 kali sambil mangil2 meri meri meri dalam tiap putaran... lalu aku berenti dan menghadap ke kaca. menanti dalam keheningan untuk melihat apa yang terjadi...

pada saat aku mau meninggalkan wc, aku mendengar wanita bernyanyi... perlahan aku memutar badanku menghadap ke kaca dan aku melihatnya. doi memiliki rambut coklat kehitaman yang panjang yang dibalur darah...di lehernya terlihat seperti ada irisan di tenggorokan. aku berteriak. tapi waktu kakakku menggedor pintu dan membuka kunci pintu, meri makin marah. doi tersenyum lalu keluar dari kacanya dengan satu tangannya yang berluluran darah dan menampar serta mencakar wajah ku tepat di sebelah kanan. aku merasakan kukunya waktu mencakar dan aku terjatuh kelantai, kepalaku otomatis membentur sisi bathtub dan pengsan.

waktu aku bangun, aku berada di rs dengan perban yang melintang di sisi kanan wajah saya...kakakku berbisik ke padaku untuk meminta maaf kepadaku, supaya aku bisa memaafkan dia. bonyok ku juga ada disini. saat aku membuka mata, mereka langsgung menepi ke ranjang saya. aku tau bahwa kakakku berbohong dengan bercerita bahwa salah satu ekor kucing peloharaan ku mencakar aku. dan mereka percaya saja

di malam yang sama, ada telpon dari bibi saya. pamanku meninggal di jam yang sama disaat aku diserang meri. aku tau itu bisa menjadi kenyataan yang aneh naun aku percaya bahwa meri yang telah membunu pamanku. dari semua cerita yang aku dengar, meri hanya akan menyerang kita, dan bukan orang yang kita sayangi. ak tak perduli degan cerita yang ada. aku berpikir meri lah yang membunuh paman saya

kejadian nya sudah setahun nyang lalu dan hingga hari ini, saya asih tidak bisa elihat dengan mata kanan saya yang wakt itu diserang meri...dan wajahku rusak permanen...jangan ada yan gpernah mencoba untuk memanggil meri

................

Pagi itu Arina tengah berjalan menuju kampusnya yang terletak hanya sejauh dua blok dari rumahnya...

Nah, tadi itu cuplikan dari cerita pendek yang lagi aku tulis nih. Tadinya mau aku posting cerita yang mungkin bisa ngemotivate kalian tapi kagak kebawa tuh ceritanya, ketinggalan di komputer TT

Nah, aku mau cerita sedikit aja nih. Kemaren tanggal 23 September aku ulang taun yang ke 17! wah senengnya, jadi bisa bikin KTP n SIM C hahahaha. Tapi kagak enaknya yah udah tua juga sih gue. Tapi tapi tapi, enaknya udah gak akan dianggep budak leutik lagi euyyy hahahaha.

Rabu, 08 September 2010

Cerita Touring 3 dan 4

Nah, ini cerita touring ke 3 ma ke 4. Aku harap, yah, semoga kalian suka deh

Touring 3

Waktu itu tanggal 5 April. Nah, delapan hari setelah touring 2 yang ke CIC itu, si Sapril ngajak aku, Citra, ma Nada touring lagi. Kali itu dia ngajak kita bertiga ke Situ Lembang. Aku setuju-setuju aja sama ajakannya itu. Tapi, aku sebenernya agak ak yakin nih, soalnya dia gak ngomong langsung ke aku. Dia cuma bilang lewat SMS aja pas hari Minggu tanggal 4 April. Pagi-pagi besoknya tanggal 5, aku baru bangun jam setengah sembilan kurang sepuluh. Nah, begitu bangun tidur aku langsung nyambar HP aku yang ada di meja disamping kasur aku. Aku malah sempet buka FB dulu ,alah. Jam setengah sembilan kurang lima, aku ngeSMS si Sapril (Pril, hari ini jadi ga touring teh?). Nah, aku kaget waktu nerima SMS jawaban dari dia (Iya jadi, Stel. Jam sembilan di sekolah ya). Aku langsung keluar dari selimut dan langsung nyamber handuk n masuk kamar mandi. Setelah selese mandi, aku langsung cepet-cepet pake baju, masuk-masukin ‘ peralatan tempur ‘ kayak celana panjang ganti, baju ganti, ma sandal jepit. Beres itu, aku langsung masuk dapur buat bikin bekel mi goreng ma nasi putih. Akhirnya, jam sembilan kurang sepuluh pagi aku pergi dari rumah.



Begitu aku sampe di sekolah, udah ada si yang punya hajat, Kemal, Andri, ma Irfan a.k.a Ipang. Setelah aku turun dari motor, aku langsung nyamperin mereka berempat. “ Yang lainnya mana? Kayak si Citra ma Nada? “ tanya aku sama mereka berempat. “ Belum pada dating, Stel. `Bentar lagi `kali. “ jawan si Sapril. Setelah itu si Ipang nunjukkin HP nya kedepan mata aku. eh, itu SMS dari Nada. Isinya ‘ Hei, hari ini si Sapril ulang taun. Kita kerjain dia yuk. Tapi jangan sampe dia tau ya haha’. Aku ketawa ngebaca isi SMS itu. Tapi, untung si Sapril gak nyadar aku ketawa-ketawa. Nah, yang disayangin, si Andri ma Kemal gak bisa ikut touring yang sekarang. Nah, begitu Citra ma Nada dateng, aku langsung nyamperin mereka. Dari kejauhan, aku pengen ketawa liat mereka berdua yang kayakny lagi memperdebatkan sesuatu. “ Kenapp ai kalian? “ tanya aku. “ Ini si Nodong (Nada) gak mau pake helm full-face. Katanya gerah lah, gatel lah. “ kata Citra sambil ngebukain kaca helm nya. “ Ih, aku gak mau pake helm itu. Gatel muka aku! “ kata Nada sambil geleng-geleng kepala. Aku ketawa ngeliat mereka. “ Oh ya, kalian udah nyiapin apa buat si Sapril? “ tanya aku setengah ngebisik. “ Ini ada kue didalem tasnya Citra. Dia gak tau, kan? “ tanya Nada ngebisik juga. “ Enggak, kok. “ jawan aku lagi. 

Gak lama, Sapril ma Ipang nyamperin aku, Citra, ma Nada. Kayaknya udah mau pergi deh. Dan setelah berdebat panjang lebar tentang Ipang yang gak bisa bonceng (I`m sorry to hear that, nista banget ya bawa motor tapi gak bisa bonceng hehe, piss), akhirnya aku dibonceng ma si Sapril deh. Akhirnya kita jalan deh. Di POM Bensin jenderal Sudirman, si Citra ma Ipang isi bensin motor mereka dulu, sekalian si Citra dengan ogah tukeran helm ma si Sapril, soalnya dari sekolah tuh si Sapril pake helm full-face nya Nada. Setelah beres isi bensin, akhirnya kita bener-bener jalan deh. Buat ke Situ Lembang, sang pemimpin rombongan nagmbil jalan ke Parongpong kayak jalan mau ke CIC. Tapi, yang bikin aku agak ngas, si Sapril tuh sebelumnya belum pernah sama sekali ke Situ Lembang! Dia katanya liat Situ Lembang tuh dari internet. Ya ampun, dasar nekat. Akhirnya, setelah tanya sana-sini, kita sampe didepan jalan masuk ke tempat latihan militer. Ternyata, Situ Lembang tuh letaknya didalem komplek tempat latihan tentara gitu. Ya ampun, ngas banget deh waktu aku dapet SMS dari Nada yang isinya ‘ Hey Stela, how are you there? ‘. Maksudnya apa yaaaa???? Terus, mereka sengaja ngambil foto aku yang lagi dibonceng ma si Sapril! Preeettttt, dasar paparazzi.

Kalo kalian gak tau, jalan masuk komplek tempat latihan itu tuh, ampun, off-road banget deh. Jalannya kerikil semua! Pokoknya, kalo mau ke sana, kita tuh minimal pake mobil Jeep atau Land Rover deh. Karena ban motornya si Sapril udah tipis katanya, dia tukeran motor ma si Ipang. Nah, akhirnya kita sampe di depan Pos Jaga tempat latihan itu setelah Sapril sempet ‘ nyandera ‘ kunci motornya Citra (dasar ini anak ya). Di Pos Jaga itu, kita ngobrol-ngobrol dulu ma penjaganya. Eh, untung tak dapat diraih malang tak dapat ditolak, Situ Lembang lagi ditutup dulu buat umum soalnya lagi dipake latihan gitu sama tentara. Daripada percuma jauh-jauh dateng, akhirnya kita jalan-jalan dulu sedikit n foto-foto dulu. Nah, dibelakang Pos Jaga tadi, ternyata ada lembah kecil yang dibawahnya tuh ada taman yang penuh bunga-bunga gitu. Disitu, kita foto-foto dulu. Eh, lupa kenapa, si Sapril malah ngelempar-lempar tasnya si Citra yang ada kue ulang taunnya. Aku cuma bisa ngeliat ngilu kelakuannya itu.

Setelah foto-foto n ngerundingin tujuan selanjutnya mau kemana, kita akhirnya sepakat buat ke Lembang aja. Tadinya malah mau ke Ciwidey, tapi karena kejauhan dan waktu itu tuh udah jam setengah satu siang, jadinya pergi ke Lembang deh. Nah, dalam perjalanan mau ke Lembang, kita keujanan laaaahhh. Aduh jibreg deh aku. Yang kasian sih si Sapril. Dia kebasahan banget. Nah, kita berhenti dulu tuh buat neduh sambil nungguin ujannya reda. Ujannya mulai ngecilin tuh, terus sambil nungguin ujannya bener-bener berhenti, si Ipang ma si Sapril beli batagor dulu. Eh, pas si Sapril nerima pesenannya, ujannya reda. Hahahaha, sabara ya mon meilleur ami (sahabat dalam bahasa Perancis).

Kita ngelanjutin perjalanan deh. Begitu sampe dipinggir jalan di Lembang, kita sempet berhenti dulu buat rundingan, mau ke lanjutin ke Tangkuban Parahu atau ke Bosscha. Eh, gak taunya, kalo ke Bosscha mah udah kelewat. Daripada capek bolak-balik, kita akhirnya pergi ke perbatasan Lembang n Subang deh. Disana, kan banyaj warung jagung bakar tuh, nah kita berhenti dulu deh disitu sambil, tanpa sepengetahuan si Sapril, ngerayain ulang taunnya si Sapril. Begitu sampe di salah satu warung yang ngejejer itu, kita istirahat, solat, n makan deh. Pas si Sapril ke kamar mandi buat wudu, dia lepas jam tangan tuh, eh gak taunya dia kelupaan ma jam tangannya itu. Nah, ketemu ma si Nada jamnya itu. Pas si Sapril lagi solat, si Nada ma si Citra ngasihin jam tangannya si Sapril ke aku buat aku umpetin. Aku umpetin deh di saku dalem jaket aku. Setelah semua beres solat, kita makan tuh sambil ngegosip. Gak lama, si Sapril inget tuh ma jam tangannya. Dia muter-muter warung buat nyari jamnya itu. Dia juga bahkan sampe nuduh si Citra udah ngumpetin jamnya. Akhirnya, si Nada ma si Citra kasian juga ma si Sapril. ‘ Stel, kasihin aja jamnya. ‘ kata si Nada. Terus aku ngekuarin jamnya si Sapril dari saku dalem jaket. Dia cuma bisa nyengir sal-ting sama si Citra.

Nah, pas si Sapril ke kamar mandi lagi, Nada ma Citra kabur ke warung sebelah buat nyiapin kue ma nyalain lilin kue ulang taunnya si Sapril. Pas dia balik dari WC, dia nanyain true blood n soulmate nya (Nada n Citra). Nah, pas nanya gitu, dateng deh Nada n Citra dari warung sebelah sambil bawa kue yang diatasnya ada lilin nyala. Aku, Ipang, Nada, n Citra nyanyi lagu ulang taun deh. Si Sapril matanya sampe berkaca-kaca waktu ngeliat kue ulang taunnya. Setelah lagu ulang taun, potong kue tuh. Nah, potongan pertamanya tuh buat Ipang, soalnya kalo ke cewek takutnya jadi fitnah (hahaha). Pas potongan kue pertamanya mau dikasihin ke si Ipang, aku, Citra, n Nada usul supaya mereka berdua saling suap-suapan makan kue nya biar kayak orang yang lagi nikahan. Setelah protes sana-sini, mereka akhirnya suap-suapan deh =))

Ritual ulang taun selese, kita semua makan kue nya deh setelah di potong-potong. Pas kue nya udah tinggal dikit lagi, kita maen kartu Uno deh, dan yang kalah adalah gue! Aku disuruh mulih, jujur atau tantangan. Akhirnya aku milih juju raja deh, sakit teuing kalo tantangan mah. Nah, pas ditanya siapa yang paling ganteng di ipa 2, aku bilang (tapi gak akan di on air kan ah, frontal men!). Terus pas ditanya lagi siapa kecengannya, aku bilang juga (gak akan di on air kan lagi). Supaya adil, akhirnya semua harus saling jujur-jujuran deh. Pas giliran aku yang nanya ke masing-masing orang, aku nanya ke si Sapril, siapa cewek yang dia kagumi. Dia bilang dia kagum ma Ibu n Kakaknya (gak rame lu). Terus, ganti topik nih ceritanya. Satu persatu ditanya tentang arti persahabatan. Pas giliran aku, aku bilang (Arti persahabatan buat aku tuh mau nerima kekurangan aku). Pas aku bilang gitu, reaksinya pada yang ‘ Wah ‘ gitu sama pernyataan aku tadi. Kata mereka tuh (Gila, dalem banget men).

Beres makan n maen kartu, rasanya kalo gak foto-foto dulu gak berkesan gitu. Nah, diseberang warung tuh kan jalan, nah, dipinggir jalan tuh ada kebun teh gitu. Si Sapril ngajakin aku ma yang lainnya foto-foto dulu di kebun teh itu. Pas keluar warung, gila, kabue semua men. Apalagi pas udah ditengah-tengah kebun teh, sejauh mata memandang tuh rasanya kebun teh yang terselubungi kabut melulu. Setelah foto-foto, kita akhirnya mutusin buat pulang, soalnya udah sore juga. Nah, pas udah selese beres-beres, kita cao deh menuju Bandung. Eh, baru beberapa meter dari tempat berhenti tadi, ujan lagi dong, dan ujan yang sekarang tuh malah kebih deras! Akhirnya kita neduh dulu deh di warung yang ada didalem pelataran parkir Tangkuban Parahu. 

Ujannya gak berhenti tapi udah agak ngecilin lah. Karena udah jam lima lebih juga, akhirnya kita ngelanjutin perjalanan deh. Duh, ternyata di Setia Budhi tuh macet bin padat merayap. Mana waktu itu tuh udah gelap juga. Tadinya aku sempet kepikiran buat diturunin di Suis Butcher Setia Budhi aja, tapi gak jadi deh. Pas udah sampe jalan Cihampelas deket Cihampelas Walk, aku ma si Sapril berhenti dulu buat nungguin si Citra ma Nada. Karena gak dateng-dateng juga (mana macet lagi waktu itu teh), aku telpon si Nada. Katanya dia tuh ngikutin Ipang, tapi gal taunya si Ipang mah pulang langsung kerumahnya di Suka Jadi. Akhirnya, aku ma si Sapril nerusin perjalanan ke rumah Citra deh, tujuan akhir dari semua perjalanan ini. 

Sampe rumah Citra, wah, rasanya aku tuh kayak yang baru balik dari mana gitu. Abis, tanpa aku sadari, aku udah muterin Bandung, Cimahi, Lembang, n Bandung lagi! Setelah Citra ma Nada sampe, Sapril balik deh soalnya udah jam setengah delapan juga. Sampe rumah Citra, aku, Nada, ma Citra langsung ganti baju. Setelah istirahat sebentar, aku dijemput deh ma si Nyokap n balik ke rumah. Bener-bener, hari itu tuh aku capek banget sekaligus seneng banget.
Nah, barusan tuh cerita touring 3, ini ada beberapa foto eksklusif yang khusus buat kalian J 

















Ki-Ka: Irfan a.k.a Ipang, Aku (Stela), Citra


















Touring 4
Waktu itu tanggal 12 Mei hari rabu. Besoknya hari Kamis tanggal 13 Mei tuh libur nasional. Si Sapril ngajak aku, Nada, ma Citra lagi buat pergi, tapi kali ini perginya ke Punclut buat lari pagi besok jam tujuh. Aku iyain tuh ajakannya. Nah, besoknya tanggal 13, aku bangun jam setengah enam. Setelah solat Subuh, aku langsung mandi. Selese mandi, aku ganti baju, dandan, nyiapin ‘ peralatan tempur ’, bikin bekel makanan, n sarapan. Jam tujuh kurang seperempat, aku pergi dari rumah. Pas lagi kejebak lampu merah si Stopan jalan Jenderal Sudirman, si Nada SMS aku pake nomer adiknya. Dia nanyain aku ada dimana waktu itu, terus aku bales kalo aku udah di stopan Jenderal Sudirman. Nah, setelah lampu ijo, motor maju tuh. Kan aku ke sekolah dianterin si Nyokap, dari kejauhan aku ngeliat, kok ada banyak orang, tapi jaketnya asing gitu. Begitu sampe sekolah, itu tuh ternyata gerombolan anak-anak ipa 3! Pas aku dateng, aku liat si Sapril baru dateng juga tuh. Pas aku turun dari motor, aku nanyain ke dia aku bawa helm atau gak usah. Terus dia bilang bawa aja. Nah, setelah nyokap pergi, aku nyemperin dia deh.
Gak lama, dateng Noval a.k.a Adul. Terus, kita bertiga tuh ngegosip kok ipa 3 bisa sih banyak gitu rombongan touringnya. Akhirnya, kita sepakat kalo ada anak ipa 3 yang nanya kita ngapain ke sekolah, kitangejawab mau syuting soalnya kebeneran waktu itu dari kelas ipa 2 sampe ipa 4 dapet tugas Bahasa Indonesia buat bikin film n Adul ma Sapril sekelompok ma aku. Kita bersyukur banget pas anak-anak ipa 3 meluncur ninggalin SMA 4. Sesaat sebelum mereka pergi, si Sapril sempet nanya ma temennya yang anak ipa 3 kalo harga jaket kelas mereka harganya berapa, soalnya dia katanya mau beli jaket itu!!!!!!!!
Jam setengah delapan, dateng deh Citra ma Nada. Begitu kumpul semua, kita berdebat jadinya mau ke Punclut atau kemana. Nah, karena motornya kurang, kita sepakat buat nyusulin Ipang kerumahnya. Setelah sampe rumah Ipang, kita disana berdebat lagi. Akhirnya, kita sepakat deh buat pergi ke Curug Cindulang di Cicalengka. Malah, tadinya kita nekat mau pergi ke Jakarta naik kereta. Setelah Ipang ma Sapril nanya jalan ke Ayahnya Ipang, kita semua cus deh sekita jam sepuluh kurang seperempat.
Buat kesana, kita jalannya ngambil jalan ke Cileunyi. Tapi, pas lewat Sookarno-Hatta, disana ada razia!!!!! Si Adul yang bonceng aku belum punya SIM, kena tilang dehhhh L

Setelah diskusi alot ma si Polisinya dan bayar dua puluh ribu, kita ngelanjutin perjalanan deh. Waktu udah on the way ke Curug, pas udah di jalan yang mau ke Jatinagor, ada orang yang naik mobil Kijang Innova, terus orang itu ngetawain aku ma Adul. Pas orang itu udah pergi, aku nanya ke si Adul, “ Dul, siapa orang yang tadi? “. “ Gak tau atuh. “ jawab si Adul bingung. Akhirnya kita ngelanjutin perjalanan tadi. Jam setengah dua belas kita nyampe sana. Kita sempet berhenti dulu di jalan yang udah mau ke Curug buat ngambil gambar pemandangan yang emang bagus banget buat difoto, sambil Nada juga belajar motor sambil ngebonceng Citra pake motornya Citra. Aku ketawa liat si Nada yang kayaknya takjug gitu ngeliat dirinya bisa bawa motor sambil bonceng Citra. 

Sampe di Curug, setelah parkir motor n bayar tiket masuk, kita jalan-jalan dulu disekitar Curug. Pas nemu saung kosong, aku ma lima orang lainnya berhenti dulu buat napas n ngelemesin tangan n kaki. Pas aku, Citra, ma Nada lagi makan, ih, ada anjing! Aku ma Nada udah parno sama anjing liar itu, tapi Citra kayak yang biasa aj. Emang sih aku tau dulu dia punya anjing, jadi kayaknya dia gak terlalu takut gitu sama binatang yang satu ini. Beres makan n anjingnya pergi, kita diajak si Sapril buat pergi ke satu saung yang katanya tuh ada pemandangan lepas gunungnya. Setelah jalan menuruni tangga batu yang banyak banget, kita sampe didepan mesjid yang disampingnya ada sungai berair coklat n ada jembatan bambunya. Eh, disitu kita disuruh bayar biaya tambahan. Untung cuma dua ribu, jadi ya kita bayar aja.

Perjalanan dilanjutin. Setelah menaiki tangga batunyang banyak banget sampe bikin napas aku abis n betis aku rasanya mau pecah, akhirnya kita sampe di saung yang dimaksud. Emang sih, pemandangannya indah banget. Kabupaten Bandung Timur keliatan jelas deh. Tapi, gak lama kemudian pemandangan itu agak keganggu soalnya dari kejauhan kabut mulai turun. Di saung itu aku cerita kalo setiap kamis malem selalu ada siaran cerita hantu di Radio Ardan. Dan kemudian aku cerita tentang cerita hantu yang ada di SMA 4. Setelah itu ujan mulai turun deh. Begitu ujan berhenti turun, kita pergi deh dari saung itu buat ke Curug sekalian solat Zuhur. Sampe Curug, kita langsung ke Mushola terdejat buat solat. Begitu aku beres solat, mendadak Mushola penuh soalnya ada wisatawan lain yang mau solat juga. Setelah semua beres solat, kita cao deh buat ke Curug.

Setelah jalan lumayan jauh n medannya lumayan berat gara-gara becek, berlumpur, n licin bekas hujan tadi, kita sampe didepan jalan yang mau ke Curug. Tapi, buat ke Curug, kita harus nurunin jalanan yang kecil n basah. Seinget aku, dulu aku pernah ke Curug Cindulang tujuh taun yang lalu, tapi aliran airnya tuh gak deras n cipratan airnya juga gak bikin kita kuyup. Pas aku akhirnya sampe Curug, gila, dengan berdiri ditempat yang jauh dari Curug aja kita udah kuyup dalem hitungan detik! Takut jaket yang aku pake basah, aku masukin deh jaket aku itu. Si Nada juga kayaknya terinspirasi deh sama aku, jadi dia juga nitip jaket deh sama aku. Di Curug ada jembatan bambu, nah, kita foto-foto deh disana. Setelah foto-foto di jembatan bambu, kita ngeliat ada air terjun lainnya yang lebih kecil. Si Sapril gak mau ngelewatin air terjun itu, so dia minta difotoin deh disitu setelah nitipin jaket ma tasnya sama aku. Beres dari situ dan setelah puas jijibregan, kita nyari perlindungan dari cipratan air terjun dengan masuk ke satu warung yang gak jauh dari Curug. Disana Sapril ma Ipang ganti baju soalnya baju mereka basah banget. Dan karena baju aku juga gak kalah basah dari mereka, aku milih ganti baju juga deh, tapi di kamar ganti yang ada di tempat yang gak jauh dari Curug. Setelah aku ganti baju, Nada ma Citra beli minuman anget dulu. Beres minum n ngumpulin tenaga buat pulang, kita pulang deh.

Di perjalanan pulang, kita berhenti lagi buat foto-foto. Hahaha, dasar gokil n parah deh foto-fotonya. Beres foto-foto, kita beneran pergi deh dari Cicalengka. Nah, yang bikin gue deg-degan, aku lupa gak ngasih tau si Nyokap kalo aku tuh jadinya bukan ke Punclut, tapi ke Cicalengka! Eh, gak taunya Bokap nelpon gue tuh. Karena si Adul bawa motornya ngebut n omongan aku jadi gak terlalu jelas, Bokap mutusin telpon deh. Pas di Ranca Ekek yang masih sekitar perbatasan Jatinangor, Citra berhenti dulu buat beli Tahu Sumedang. Setelah berhenti, kita lanjut lagi deh. Eh gak taunya, pas di Cibiru, aku n Adul kepisah ma Sapril, Ipang, Citra, n Nada. Gak tau aku ma Adul yang salah jalan, gak tau mereka yang nyasar, gak tau mereka mau ngambil jalan lain, pokoknya kita berdua kepisah dari empat orang lainnya aja. Pas udah deket Uninus, Nada nelpon aku nanyain aku ada dimana waktu itu. Terus aku jawab aku mah udah di Soekarno-Hatta, deket Uninus. Gak lama, dateng SMS dari Nada pake HP nya Citra supaya aku jangan ngebut-ngebut teuing. Nah, aku langsung bilang ma Adul supaya gak terlalu ngebut bawa motornya. Sampe depan komplek Batu nunggal, kita sempet berhenti dulu buat nungguin empat orang lainnya. Tadinya kita diminta Nada supaya nunggunya di Metro, tapi karena udah kelewat, kita sepakat buat nungguin didepan Batu Nunggal aja. Tapi, setelah sepuluh menit nungguin, aku dapet SMS dari Nada supaya nunggunya di rumah Citra aja. Ngambil jalan Moch. Toha, kita cabut deh ke rumah nya Citra. Tapi, parah lah, kita sempet kejebak banjir dulu di perempatan Astana Anyar. Ternyata, pas lagi di Cicalengka tadi, di Bandung mah ujan gede banget!

Akhirnya, jam empat lebih seperempat, kita berdua sampe rumah Citra. Gak lama, mucul deh empat orang lainnya. Setelah saling ngucapin makasih n pamitan, Sapril, Adul, n Ipang pulang deh ke alam nya masing-masing, hahaha. Begitu para lelaki udah pada pulang, aku, Citra, ma Nada masuk deh ke dalem rumahnya Citra. Disana, kita ngobrol-ngobrol dulu sebentar. Gak lama, si Citra pergi mandi deh. Nah, selese makan tahu sumedang, Citra nyuguhin cilok gitu. Beres cilok, gentian keu tart ulang taunnya Citra yang disamber. Oh ya, tanggal 10 Mei hari senin, Citar ulang taun! Nah, kadonya tuh waktu aku liat dikamarnya, ada beberapa bunga buket yang sering dibeli Bokap kalo Lebaran atau Lebaran Haji atau  Wedding`s Anniversary Bo-Nyok. Jam lima, aku pulang deh. Nah, pas aku mau pulang, ujan turun tuh, terus aku pake jas ujan dulu di teras rumahnya Citra. Karena aku gak mau tas aku kebasahan, aku rangkep deh tas yang aku gendong sama jas ujan. Gak taunya, ritsleting jas ujannya malah gak bisa ditarik! Si Citra ma Nada malah ngetawain aku. Aku lupa siapa diantara mereka yang bilang, yang jelas jadi orang gendut tuh gak enak. Aku cuma bisa ngeles kalo tas aku yang bikin ritsletingnya gak bisa ditarik, bukan karena aku yang kegendutan. Beres pake jas ujan, aku cabut deh dari rumahnya Citra.

Nah, tadi itu cerita dari touring 4, ini ada beberapa foto-fotonya

















Gimana? Rame gak haha. Pokoknya, buat aku mah rame banget lah touring tuh. Gak nyesel deh kalian kalo pernah ngerasainnya. Buat yang belum pernah touring, aku cuma bisa ngucapin kasian deh lo, sekali-kali cobain makanya, hehehehe J